Migrasi kelompok pertama
diperkirakan datang dari arah barat (kemungkinan berasal dari hilir sungai
kapuas dan anak-anak sungainya seperti sungai sekayam, ketungau, dan sekadau).
Sub-subsuku yang dimaksud ialah subsuku Seberuang, Ensilat, Iban, Kantu’, Tamanik,
Desa, Sekapat, Suaid, Mayan, Sebaru’, Rembay, dan Ulu ai’.
Sedangkan migrasi kelompok kedua
diperkirakan berasal dari arah timur daerah Data Purah, Apo Kayaan yang
menurunkan tiga subsuku Dayak yaitu Dayak Punan, Buket dan juga suku Kayaan
Mendalam.
Migrasi kelompok ketiga
hakikatnya juga berasal dari timur, yaitu sungai Kayaan. Kelompok ini tidak
langsung ke Kalimantan barat, melainkan menuju sungai Mahakam kemudian menyebar
ke hulu sungai Melawi. Dari hulu sungai melawi inilah kemudian menyebar lagi ke
hulu Sungai Manday, sungai Suru’, dan sungai Mentebah hingga ke Kapuas.
Kelompok subsuku Dayak yang ketiga ini ialah subsuku Dayak Orung Da’an, Suru’
dan Mentebah.
Gambaran migrasi kelompok suku
Dayak di Kapuas Hulu pada hakikatnya tidak bersamaan waktu penyebarannya.
Misalnya Dayak Iban yang dikelompokkan pada kelompok pertama, tidak langsung ke
Kapuas Hulu tetapi kelompok ini memilih Sungai Batang Rejang di Malaysia. Setelah
Suku ini ditaklukkan oleh raja “white” Brooke, baru kemudian melakukan migrasi
besar-besaran ke wilayah Kapuas Hulu. Sedangkan kelompok Dayak Sekapat, Sebaru’
dan Desa diyakini paling terakhir menyebar di kabupaten ini.
Gambran penyebaran ini hakikatnya
masih perlu di uji dan memerlukan kajian lebih lanjut.
Suku Dayak di Kabupaten Kapuas
Hulu atau seringkali disebut Dayak Ulu kapuas keberadaanya sama dengan beberapa
subsuku Dayak di kabupaten lain di Kalimantan Barat, yaitu sebagai penduduk
asli pulau Kalimantan. Sebagai kelompok mayoritas sub-subsuku Dayak di
kabupaten ini diperkirakan sudah mendiami wilayah hulu sungai kapuas ini
sekitar tahun 300-an yang silam, sebelum peristiwa perang antara manusia dengan
roh halus di Tanah Tampun Juah yang menyebabkan “migrasi besar-besaran”
Beberapa subsuku yang mengisahkan
tentang asal-usul mereka dari Tampun Juah adalahh dayak Kantu’, Seberuang, dan
juga Rembay. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai peristiwa sejarah dan
perkembngannya, misalnya perluasan wilayah kerajaan Sintang di Selimbau dan
Semitau serta masa penjajahan Belanda.
Kelompok masyarakat dayak sebelum
berdirinya panembahan-panembahan Kerajaan Sintang dan datangnya para penjajah,
umumnya masih menganut agama leluhur mereka. Namun agama ini acapkali dianggap
sebagai animisme, berhala, dan sebagainya. Kerajaan Sintang yang memperluas
wilayah kekuasaannya dengan mendirikan panembahan-panembahan di wilayah hulu
kapuas juga menyebarkan agama Islam. Hal ini membuat kelompok suku Dayak
dihadapkan pada pilihan untuk menganut salah satu agama yang menjanjikan
“peradaban baru”
Secara kebetulan agama Islam pada
saat itu cukup berpengaruh seiring berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang
bernafaskan Islam. Belum lagi kelompok suku ini dihadapkan pada pilihan “jika
menganut agama Islam", kelompok suku Dayak terbebas dari perbudakan dan kewajiban
membayar upeti kepada kerajaan. Namun tanpa disadari menganut agama Islam di
Kalimantan Barat selalu diidentikkan dengan Melayu. Oleh karena itu, sadar atau
tidak sadar terjadi penolakan jati dirinya. Dilihat dari aspek kultural
kelompok Dayak yang muslim ini pun sulit untuk dibedakan dengan kelompok Dayak
yang non muslim, lama kelamaan sikap itu mengkristal sehingga melahirkan
identitas baru yang disebut Senganan. Sedangkan
yang dimaksudkan sebagai Dayak, dimaknai kelompok masyarakat pribumi Kalimantan
Barat non Muslim.
Mengenai keragaman subsuku Dayak
di Kapuas Hulu dari hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan diseluruh
wilayah kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut : Dayak Suaid, Kantu’,
Seberuang, Kalis, Lau’, Suru’, Mentebah, Tamambalo, Ensilat, Mayan, Sekapat,
Desa, punan, Buket, Taman, Kayaan, Rembay, Sebaru’, Iban, Oruung Da’an.
Sumber
: buku Mozaik Dayak “keberagaman subsuku dan bahasa Dayak di Kalimantan barat"
Mantap gan, kunjungi juga blog ku
BalasHapuswww.pakayangan.blogspot.com