Jumat, 02 Maret 2012

Jalan salib di Paroki Santo Fidelis Sejiram


Jalan salib merupakan tradisi gereja katolik dalam masa prapaska untuk mengenang sengsara Tuhan Yesus Kristus. Ada yang menarik ketika mengikuti jalan salib di hari jumat terakhir dalam masa prapaska di paroki sejiram karena jalan salib tidak di dalam gereja tetapi di sebuah bukit kecil di komplek pastoran sejiram., pagi-pagi umat berkumpul di depan gereja kemudian bersama-sama mengikuti prosesi jalan salib yang dimulai di kaki bukit untuk kemudian perlahan-lahan mendaki, seperti jalan salib pada umumnya melewati perhentian demi perhentian yang kemudian diakhiri dengan perhentian terakhir di kuburan katolik. Tradisi ini entah kapan dimulai yang pasti masih berlangsung hingga sekarang. Dulu orang-orang tua di sejiram mengenal perayaan ini dengan istilah ahi haya ngelilin bukit (hari raya berjalan mengelilingi bukit). Terlepas dari tradisi dan perayaan tersebut ada yang selalu menjadi keinginanku, mungkin juga keinginan semua umat katolik di paroki sejiram yaitu adanya patung permanen sebagai penanda setiap perhentian, selama ini perhentian dalam jalan salib tersebut hanya di tandai dengan gambar-gambar peristiwa sengsara Tuhan yang digantung di pohon ala kadarnya. Keinginan itu semakin menjadi ketika melihat  tempat wisata rohani bukit kelam yang memiliki stasi jalan salib yang begitu indah, paroki sejiram sudah memiliki tempat hanya perlu penambahan sarana ibadah yang lebih baik dan permanen. Jika kita berkhayal seperti di bukit kelam mungkin itu terlalu berat..., saya berpikir yang sederhana saja yang mungkin terjangkau biayanya, bukan patung tetapi cukup dalam bentuk relief  yang ukurannya kita sesuaikan. Berkayal mungkin tidak salah....?
tetapi jika kita punya keinginan yang sama mungkin ini bukan lagi berkhayal karena kita bisa berbuat bersama untuk kita semua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar