Senin, 20 Februari 2012

Paroki St. Fidelis Sejiram

Sejiram adalah cikal bakal dari perkembangan gereja di Kalimantan Barat. Misi Katolik berawal dari pertemuan Mgr.Claessens dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg (Bogor) yang tertulis dalam surat Vikaris Apostolik dari Batavia tanggal 25 Februari 1884, yang menyatakan kemungkinan pemerintah Belanda memberikan daerah Borneo bagi Misi Katolik dan ijin untuk memulai Misi di Borneo di berikan pada tanggal 7 agustus 1884.
Setelah melakukan perjalanan untuk meninjau situasi, Pater Staal memilih Semitau sebagai tempat kedudukan seorang Kontrolir yang membawahi Kapuas Hulu. Dengan Surat Dinas tanggal 14 Juni 1890 No.252 yang menyetujui Misi Katolik di antara orang-orang Dayak dengan tempat kedudukan Semitau. Pastor H. Looymans diutus menjadi misionaris pertama bagi orang Dayak, tanggal 29 Juli 1890 Pastor H. Looymans tiba di Semitau. Namun ternyata Semitau bukan tempat yang strategis bagi karya misi. Tahun 1892 Pastor H. Looymans di jemput dan di bawa ke Sejiram oleh Babar,Bantan dan Unang, tiga bersaudara dari Sejiram dan membangun rumah di atas tanah kosong yang agak berbukit di pinggir Sungai Seberuang. Di tempat itu juga dibangun gereja, sekolah dan pondok untuk anak sekolah dan dalam kurun waktu 7 bulan Pastor H. Looymans sudah mempermandikan 58 orang anak. Tahun 1893 Pastor H. Looymans di bantu oleh Pastor Mulder tapi pada tahun 1898 Sejiram terpaksa di tinggalkan karena tenaga mereka lebih diperlukan di tempat lain yang lebih mendesak. Tahun 1900 Pastor Schrader pernah sekali mengunjungi Sejiram, sejak itu Sejiram tidak pernah dikunjungi lagi sampai tahun 1906.
Tahun 1905 didirikan Prefektur Apostolik di Pontianak yang diserahkan kepada Ordo Kapusin dan pada bulan Mei 1906 bekas stasi Sejiram dikunjungi Prefek Apostolik, Pater Pacificus Bos. Tanggal 22 Agustus 1906 Stasi Sejiram kembali dibuka dan Pastor Eugenius, Pastor Camillus dan Bruder Theodorius menetap di Stasi Sejiram ini. Tak lama kemudian karya misi di Sejiram diperkokoh dengan datangnya Sr. Fidelia, Sr. Casperina dan Sr. Cayetana yang merupakan Suster Fransiskanes dari Veghel. Perjuangan Misionaris Kapusin dan Suster Fransiskanes dimulai dari usaha meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dengan mendirikan sekolah sebab masyarakat Dayak pada waktu itu tertarik kepada Gereja karena usaha pendidkan yang dapat meningkatkan kehidupan mereka.

(sumber : http://parokisejiram.wordpress.com/2012/01/25/)

 Gereja tua itu

pemandangan yang hampir tak berubah hingga kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar