Sejiram adalah cikal bakal dari perkembangan gereja di Kalimantan
Barat. Misi Katolik berawal dari pertemuan Mgr.Claessens dengan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg (Bogor) yang tertulis
dalam surat Vikaris Apostolik dari Batavia tanggal 25 Februari 1884,
yang menyatakan kemungkinan pemerintah Belanda memberikan daerah Borneo
bagi Misi Katolik dan ijin untuk memulai Misi di Borneo di berikan pada
tanggal 7 agustus 1884.
Setelah melakukan perjalanan untuk meninjau situasi, Pater Staal memilih Semitau sebagai tempat kedudukan seorang Kontrolir yang membawahi Kapuas Hulu. Dengan Surat Dinas tanggal 14 Juni 1890 No.252
yang menyetujui Misi Katolik di antara orang-orang Dayak dengan tempat
kedudukan Semitau. Pastor H. Looymans diutus menjadi misionaris pertama
bagi orang Dayak, tanggal 29 Juli 1890 Pastor H. Looymans tiba di
Semitau. Namun ternyata Semitau bukan tempat yang strategis bagi karya
misi. Tahun 1892 Pastor H. Looymans di jemput dan di bawa ke Sejiram oleh Babar,Bantan dan Unang,
tiga bersaudara dari Sejiram dan membangun rumah di atas tanah kosong
yang agak berbukit di pinggir Sungai Seberuang. Di tempat itu juga
dibangun gereja, sekolah dan pondok untuk anak sekolah dan dalam kurun
waktu 7 bulan Pastor H. Looymans sudah mempermandikan 58 orang anak.
Tahun 1893 Pastor H. Looymans di bantu oleh Pastor Mulder tapi pada
tahun 1898 Sejiram terpaksa di tinggalkan karena tenaga mereka lebih
diperlukan di tempat lain yang lebih mendesak. Tahun 1900 Pastor
Schrader pernah sekali mengunjungi Sejiram, sejak itu Sejiram tidak
pernah dikunjungi lagi sampai tahun 1906.
Tahun 1905 didirikan Prefektur Apostolik di Pontianak yang
diserahkan kepada Ordo Kapusin dan pada bulan Mei 1906 bekas stasi
Sejiram dikunjungi Prefek Apostolik, Pater Pacificus Bos. Tanggal 22 Agustus 1906 Stasi Sejiram kembali dibuka dan
Pastor Eugenius, Pastor Camillus dan Bruder Theodorius menetap di Stasi
Sejiram ini. Tak lama kemudian karya misi di Sejiram diperkokoh dengan
datangnya Sr. Fidelia, Sr. Casperina dan Sr. Cayetana yang merupakan
Suster Fransiskanes dari Veghel. Perjuangan Misionaris Kapusin dan
Suster Fransiskanes dimulai dari usaha meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat setempat dengan mendirikan sekolah sebab masyarakat
Dayak pada waktu itu tertarik kepada Gereja karena usaha pendidkan yang
dapat meningkatkan kehidupan mereka.
(sumber : http://parokisejiram.wordpress.com/2012/01/25/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar